Bahaya! Ini 8 Dampak Terlalu Banyak Konsumsi Keju

Keju adalah salah satu makanan yang kaya akan kalsium, protein, dan lemak sehat. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang lembut membuatnya banyak digemari sebagai pelengkap hidangan atau camilan. Namun, mengonsumsi keju dalam jumlah berlebihan dapat membawa dampak kurang baik bagi kesehatan. Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi keju.

1. Meningkatkan Risiko Kenaikan Berat Badan

(Berbagai dampak terlalu banyak konsumsi keju. Foto. Dok. Andrea Piacquadio/ Pexels)

Keju mengandung kalori dan lemak yang cukup tinggi, terutama keju olahan. Jika dikonsumsi dalam jumlah besar tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup, hal ini bisa menyebabkan kelebihan kalori yang berujung pada kenaikan berat badan.

(Baca Juga: Catat! Ini 4 Tips Menghindari Asam Lambung Saat Puasa)

2. Memicu Masalah Pencernaan

Beberapa orang memiliki intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa yang terdapat dalam produk susu, termasuk keju. Jika seseorang dengan intoleransi laktosa mengonsumsi terlalu banyak keju, bisa muncul gejala seperti perut kembung, diare, atau sakit perut. Selain itu, keju juga rendah serat sehingga jika dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan sembelit.

3. Meningkatkan Kadar Kolesterol

Keju, terutama jenis keju yang tinggi lemak jenuh, bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penting untuk memilih jenis keju yang lebih sehat, seperti keju rendah lemak atau keju yang lebih alami tanpa tambahan bahan pengawet.

4. Menyebabkan Retensi Air dan Tekanan Darah Tinggi

(Berbagai dampak terlalu banyak konsumsi keju. Foto. Dok. Thirdman/ Pexels)

Keju biasanya mengandung kadar natrium yang cukup tinggi. Terlalu banyak konsumsi natrium dapat menyebabkan retensi air dalam tubuh, yang bisa berujung pada pembengkakan atau rasa tidak nyaman. Selain itu, asupan natrium yang berlebihan juga bisa meningkatkan tekanan darah, sehingga meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

5. Memicu Jerawat dan Masalah Kulit

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produk susu, termasuk keju, dapat memicu peradangan di dalam tubuh yang berkontribusi pada munculnya jerawat. Hal ini disebabkan oleh kandungan hormon alami dalam susu yang bisa memengaruhi keseimbangan hormon tubuh, terutama pada orang yang sensitif terhadap produk susu.

6. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Keju tinggi lemak jenuh dan natrium bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat), yang bisa menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung serta stroke.

7. Memicu Ketergantungan Makan Keju

(Berbagai dampak terlalu banyak konsumsi keju. Foto. Dok. Alexy Almond/ Pexels)

Keju mengandung kasein, sejenis protein yang saat dicerna menghasilkan senyawa bernama casomorphins. Senyawa ini memiliki efek serupa dengan opiat, yang dapat memberikan perasaan nyaman dan membuat seseorang ingin terus mengonsumsinya. Jika tidak dikontrol, hal ini bisa menyebabkan kecenderungan untuk makan keju dalam jumlah berlebihan.

8. Berisiko Mengganggu Keseimbangan Nutrisi

Terlalu banyak mengonsumsi keju bisa membuat seseorang kurang mengonsumsi makanan lain yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Jika pola makan menjadi tidak seimbang, tubuh bisa kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.

(Baca Juga: Pusing Saat Bangun Tidur? Ini 5 Penyebabnya!)

Keju memang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, terutama karena kandungan kalsium dan proteinnya. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, berbagai dampak negatif bisa terjadi, seperti peningkatan berat badan, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, dan risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi keju dalam jumlah yang wajar dan seimbang dengan pola makan sehat agar tetap mendapatkan manfaatnya tanpa mengalami dampak buruk bagi kesehatan.

(Penulis: Sania Zelikha)