-
Bagi sebagian besar wanita, penampilan adalah hal utama. Tak jarang kita melakukan self-care untuk membuat diri ini merasa lebih percaya diri. Mulai dari hal simpel seperti eyelash extension, ritual skincare pada pagi dan malam hari, perawatan di klinik terpercaya, bahkan hingga relaxing spa day. Semua dilakukan untuk meningkatkan rasa cinta pada diri sendiri. Nah, bayangkan jika menjaga kesehatan tubuh, khususnya serviks, juga bisa jadi bagian dalam rutinitas self-care itu.
Meski bukan hal baru, kesehatan serviks masih dianggap sebagai non-prioritas. Padahal serviks adalah salah satu bagian yang penting dalam tubuh wanita. Dalam artikel ini, Her World Indonesia akan membahas cara yang menyenangkan (dan tidak menyeramkan) untuk memprioritaskan kesehatan serviks. Mulai dari kesadaran akan pentingnya aspek kesehatan menyeluruh, embracing regular check-ups, hingga wellness rituals dalam kegiatan sehari-hari. It’s time to make cervical care a natural and empowering part of your lifestyle.
Mengenal Kanker Serviks
Serviks atau leher rahim merupakan bagian rahim yang terhubung ke vagina. Fungsinya untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan intim. Serviks sendiri juga berfungsi untuk melindungi rahim dari bakteri atau benda asing dari luar.
(Kenali gejala kanker serviks sebelum terlambat. Foto: Dok. Pexels.com/cottonbro studio)
Kanker yang menyerang sel di leher rahim ini disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV). Dokter spesialis kandungan sekaligus konsultan Onkologi Mayapada Hospital Kuningan, Dr.dr.Unedo H.Markus, Sp.OG Subsp.Onk mengatakan, “Saat terpapar virus HP, sistem kekebalan tubuh umumnya mampu mencegah virus agar tidak membahayakan tubuh. Namun, pada beberapa orang, virus bisa bertahan selama bertahun-tahun hingga menyebabkan sel serviks berubah menjadi sel kanker.” Virus HP sendiri adalah virus yang sangat umum dan bisa menular lewat hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Ada banyak jenis virus HP, namun hanya beberapa yang bisa menyebabkan kanker serviks, yaitu tipe 16 dan 18.
Waspada Gejala
Wanita yang menderita kanker serviks stadium awal, umumnya tidak menunjukkan tanda atau gejala. “Gejala baru akan dirasakan ketika sel kanker sudah berkembang lebih besar,” lanjut dr. Unedo. Meski begitu, ada beberapa gejala umum yang sering muncul pada penderita kanker serviks meliputi pendarahan pada vagina usai melakukan hubungan seksual, keputihan yang encer dan berdarah serta berbau, hingga nyeri pada panggul saat berhubungan. Jika beberapa gejala ini mulai terasa, hindari untuk mengabaikannya, dan segera konsultasikan ke dokter.
Perlu diketahui bahwa wanita yang sering bergonta-ganti pasangan seksual punya risiko lebih tinggi menderita kanker serviks. Penyakit ini juga bisa menjangkit wanita yang melakukan aktivitas seksual pada usia dini atau penderita penyakit infeksi menular seksual (IMS).
Pentingnya Pencegahan
Kemungkinan yang ada pada penyakit seperti kanker serviks mungkin terkesan mengerikan. Bukan hanya bisa membuat kualitas hidup dan kesehatan seorang wanita menurun drastis, tapi juga dapat memengaruhi ekonomi keluarga. Namun, pahami bahwa kanker serviks bisa dicegah dengan screening sebagai langkah deteksi dini.
Menurut dr. Unedo, “Upaya pencegahan kanker serviks bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV. Vaksin ini bisa bekerja optimal ketika diberikan sebelum seseorang melakukan kontak seksual dengan orang lain.” Vaksin HPV bisa disuntikkan pada wanita yang belum aktif secara seksual atau mulai dari usia 9-45 tahun dengan dosis yang sudah ditentukan.
Upaya pencegahan lain adalah dengan deteksi dini. Setiap wanita disarankan untuk menjalani skrining kanker serviks secara berkala sejak usia 21 tahun atau sejak menikah. “Penting untuk melakukan tes skrining demi mendeteksi dini jika ada kelainan pada serviks,” jelas dr. Unedo. Tes skrining sendiri meliputi tes pap smear dan DNA HPV. Tes ini bisa mendeteksi sel-sel abnormal pada serviks, termasuk sel prakanker yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks. Sementara, DNA HPV bisa dilakukan untuk menilai apakah ada sampel serviks yang terpapar HPV dengan risiko tinggi hingga berpotensi menyebabkan kanker.
(Lakukan tes skrining kanker servikssecara rutin. Foto: Dok. Pexels.com/Thirdman)
Tes pap smear direkomendasikan setiap tiga tahun sekali bagi perempuan usia 21-29 tahun. Bagi wanita berusia di atas 30 tahun ke atas, ada beberapa opsi pemeriksaan, yaitu pap smear setiap tiga tahun sekali, tes DNA HPV setiap lima tahun sekali, atau kombinasi pap smear dan DNA HPV (co-testing) setiap lima tahun sekali sebagai opsi terbaik. “Bagi wanita berusia 65 tahun ke atas, konsultasikan ke dokter mengenai kebutuhan tes. Jika kanker serviks ditemukan lebih dini, peluang kesembuhan tentu akan jauh lebih besar,” lanjut dr. Unedo.
Screening kanker serviks nyatanya bisa jadi investasi jangka panjang bagi para wanita karena dampaknya yang sangat besar untuk kesehatan di kemudian hari. Investasi dalam tindakan pencegahan seperti vaksinasi HPV dan pemeriksaan rutin dengan pap smear atau DNA HPV dapat secara signifikan mengurangi beban finansial pasien dan keluarga dibandingkan jika terkena kanker serviks dan terlambat mengetahuinya.
Dokter Spesialis Obgyn Subspesialis Ginekologi Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Dr. dr. Tricia Dewi Anggraeni, SpOG(K) Subs.Onk menjelaskan bahwa baik vaksin maupun screening test akan jauh lebih efisien dan hemat biaya dibandingkan dengan biaya yang harus ditanggung pasien untuk pengobatan kanker serviks stadium lanjut. Deteksi dini ini memungkinkan pilihan pengobatan yang tidak terlalu banyak dan rumit serta lebih murah, sehingga beban finansial untuk pasien juga jauh lebih sedikit.
Terakhir tapi tidak kalah penting, dr. Unedo memaparkan usaha lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks, yaitu dengan melakukan hubungan seksual yang aman dengan pasangan sah, menghindari rokok, lakukan olahraga, serta terapkan pola makan sehat yang teratur untuk menjaga stamina dan sistem kekebalan tubuh.
Pada dasarnya, wanita adalah makhluk yang kuat, namun jika Anda tengah berada dalam proses deteksi awal atau bahkan pengobatan kanker serviks, pastikan untuk meminta dukungan moral dari keluarga dan kerabat. Tubuh kita bukan hanya meliputi organ dalam, tapi juga terhubung dengan aspek mental dan pikiran. Mendapatkan support emosional dari orang-orang terdekat tentu akan menambah semangat selama proses pengobatan. Inilah yang nantinya akan mengirimkan sinyal-sinyal pada tubuh untuk terus kuat dan bertahan melawan sel-sel kanker tersebut.
“Upaya pencegahan kanker serviks bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV. Penting juga untuk melakukan tes skrining dini untuk mendeteksi kelainan pada serviks.” – dr. Unedo
Pastikan juga untuk selalu memilih dokter dan rumah sakit yang terpercaya. Rumah sakit dengan layanan berstandar internasional di mana dr. Tricia dan dr. Unedo berpraktik, Mayapada Hospital, dapat menjadi mitra pilihan Anda untuk mencegah kanker serviks. Dalam penanganan berbagai kasus dan kompleksitas penyakit kanker, Mayapada Hospital memiliki layanan unggulan Oncology Center sebagai layanan terpadu dan komprehensif untuk tumor dan kanker, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, dan terapi berkelanjutan.
Oncology Center Mayapada Hospital didukung oleh kolaborasi tim dokter spesialis dan subspesialis dengan fasilitas terkini, yang saat ini juga telah mengembangkan layanan penanganan kanker, dengan membentuk Tumor Board untuk memberikan outcome terbaik bagi pasien, setara dengan pusat-pusat layanan kanker di luar negeri. Tumor Board yang berada dalam layanan Oncology Center Mayapada Hospital dilengkapi dengan Patient Navigator yang berfungsi sebagai teman perjalanan pasien untuk mendampingi dan mengedukasi pasien dari berbagai aspek selama pasien menjalani perawatan kanker.
Luruskan Mitos dan Fakta
Kanker serviks tidak bisa dicegah.
Mitos: Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kanker serviks bisa dicegah dengan vaskin HPV dan deteksi dini seperti tes pap smear dan DNA HPV. Bahkan kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang bisa dicegah dengan vaksin.
Terinfeksi HPV berarti menderita kanker serviks.
Mitos: Ada lebih dari 150 tipe virus HPV tapi tidak semua virus bisa memicu kanker serviks. Hanya dua jenis virus HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 16 dan 18.
Infeksi HPV hanya dialami oleh wanita.
Mitos: HPV tidak hanya menginfeksi wanita, tapi juga lelaki. Bagi para lelaki yang terinfeksi bisa berisiko mengalami kutil kelamin atau bahkan kanker lain seperti kanker penis dan tenggorokan.
Penderita kanker serviks tidak punya harapan hidup.
Mitos: Jika terdeteksi sejak dini, peluang untuk sembuh tergolong tinggi. Namun, jika terlambat deteksi dan baru terdiagnosis saat kanker serviks masuk pada stadium lanjut, tentu tingkat kesembuhannya akan jauh lebih rendah.
Virus HP tidak bisa mati dengan sabun.
Fakta: Bahan kimia yang bisa membunuh virus HP adalah klorin atau pemutih. Namun, tentu kita tidak bisa membasuh badan dengan bahan-bahan ini. Jadi, infeksi HPV hanya bisa dicegah dengan vaksinasi.
WC umum bisa jadi sarana penyebaran virus HP.
Fakta: Jika benda-benda di WC umum pernah disentuh orang yang membawa virus HP, orang lain yang menyentuh benda-benda tersebut dapat tertular. Namun, bukan berarti virus ini langsung berkembang menjadi sel kanker.
-