Gaji Naik Utang Bertambah, Bisa Jadi Karena 3 Hal Ini


  • Gaji besar belum tentu keuangan pasti membaik. Cari tahu hal-hal yang harus dihindari agar finansialmu lebih baik. (Foto: Dok. Pexels.com/Bruce Mars)



    Rasanya hampir semua karyawan ingin menghasilkan gaji yang besar. Setelah gaji naik sedikit demi sedikit, tanggung jawab di kantor pun bertambah. Mungkin tadinya kamu selalu bawa bekal makan siang, setelah naik gaji rasanya makanan di rumah mulai membosankan, lalu sering pesan via online.

    Setelah gaji naik, mobilitas harus ditunjang dengan kendaraan yang lebih nyaman, akhirnya kamu pun memutuskan untuk mengambil cicilan mobil.

    Liburan saat momen hari raya pun sudah dirasa tak cukup. Setiap akhir bulan setelah gaji masuk, langsung booking hotel yang sedang hits untuk staycation bersama keluarga atau pasangan.

    Setiap melihat nilai gaji, rasanya nilainya fantastis, apalagi dibandingkan dengan tahun-tahun pertama bekerja. Tapi kenapa tak pernah bisa ditabung? Rasanya, gaji besar itu hanya numpang lewat saja.

    Apakah kisah ini cukup menggambarkan cerita kita sehari-hari, sesama karyawan? Nah, mari simak penyebab kenapa karyawan dengan gaji besar tetap tak bisa menabung, bahkan utangnya terasa semakin banyak.



    (Mengikuti tren kekinian. Foto: Dok. Pexels.com/Daria)

    Takut ketinggalan tren

    Lebih dikenal dengan istilah 'FOMO' atau fear of missing out di mana kamu merasa takut dianggap enggak gaul karena tidak mengikuti tren kekinian. Bisa dibilang 'FOMO' ini seperti penyakit. Salah satu tanda kamu rentan FOMO adalah saat berani utang demi membeli gadget. Apalagi sekarang iPhone 11 baru banget keluar.

    Perhatikan berapa banyak orang yang rela antre untuk membeli gadget terbaru. Bahkan, setiap bulan bisa ganti model! Dijamin, ini jadi salah satu godaan buat kamu yang bergaji besar.



    (Rencanakan keuangan untuk masa depan. Foto: Dok. Pexels.com/Acharaporn)

    Tidak punya tujuan finansial

    Banyak orang menganggap bahwa utang adalah hal yang biasa, khususnya di ibu kota besar dengan segala kemudahan cicilannya. Sebenarnya, ini tidak salah juga karena bagaimana pun utang bisa jadi motivasi diri untuk bekerja lebih keras.

    Namun, besar pasak dibanding tiang tentu tak bagus juga. Ingat, pemasukan bukan hanya untuk menutup masa lalu alias utang, tapi juga untuk membangun masa depan.

    Kalau kamu tak punya tujuan finansial yang jelas atau tak punya bayangan akan masa depan, tentu akan sulit untuk merencanakan keuangan yang lebih baik. Pastikan dulu apakah kamu nanti ingin punya rumah atau tidak, apakah masih ingin bekerja atau pensiun dini, dan masih banyak lagi. Jangan jadikan utang sebagai tujuan finansialmu.



    (Cari tahu perbedaan harta dan aset. Foto: Dok. Pexels.com/Bruce Mars)

    Harta belum tentu jadi aset

    Bedakan dulu mana saja yang bisa jadi harta dan mana saja yang jadi aset. Simpelnya, harta adalah apa yang sudah kita miliki, sedangkan aset adalah barang-barang yang bisa memberikan penghasilan.

    Nah, coba cari tahu bagaimana komposisi harta terhadap aset yang kamu punya? Mungkin kamu memang punya lebih banyak harta dibanding aset.

    Contohnya, saat kamu hendak beli mobil, kamu bisa mulai menimbang apakah mobil tersebut akan jadi harta (karena hanya dipakai sehari-hari), atau jadi aset (karena akan disewakan atau digunakan sebagai taksi online)?

    Saat kamu sudah paham makna di balik harta dan aset, kamu bisa paham apa saja yang menghabiskan gaji kamu dan mana yang bisa kamu gunakan demi menghasilkan pendapatan lebih. Mudah, bukan?


    Sebenarnya masih ada satu hal penting yang perlu dipelajari demi memahami kenapa gajimu tak pernah terasa cukup, yaitu kamu belum bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Tentukan prioritasmu dan mana saja hal yang bisa ditunda atau bahkan dihapus dari daftar.